NEWSTICKER

Nikel RI Diganjal AS, Luhut: Kalau Tidak Setuju, It's Okay!

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: tangkapan layar YouTube.

Nikel RI Diganjal AS, Luhut: Kalau Tidak Setuju, It's Okay!

Ade Hapsari Lestarini • 9 June 2023 18:21

Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bercerita soal Amerika Serikat (AS) yang mengucilkan nikel Indonesia kepada Badan Anggaran RI.

Sebagai informasi, melansir Media Indonesia, mineral kritis Indonesia dikucilkan dari paket subsidi AS untuk teknologi hijau sehingga membayangi industri nikel dalam negeri.

Hal itu diakibatkan rencana pemerintah AS menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan electronic vehicle (EV) di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang mencakup USD70 miliar dalam subsidi untuk teknologi energi bersih.

Namun, baterai yang mengandung komponen nikel yang bersumber dari Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Terkait hal ini, Luhut mengaku telah melakukan pertemuan dengan pihak AS. Dirinya menyampaikan Indonesia mengekspor nickel ore satu persen ke Eropa beserta AS dan 99 persen ke Tiongkok.

"Sebelum kami banned, jadi kalau Anda tidak setuju, saya sampaikan kepada teman-teman di sana (AS) it's okay. Kita buka 99 persen ke Tiongkok. Mereka bilang jangan lakukan begitu, tapi kalian punya IRA," tegasnya.

Akibat hal ini, Indonesia tidak bisa lagi mengekspor bahan mentah karena sebagian produksi nikel menggunakan teknologi Tiongkok.

"Saya baru kembali dari Tiongkok, teknologi litium baterai Tiongkok 6-7 tahun di depan dari Amerika. Ini perlu kita pahami," ujarnya.

Di sisi lain, Luhut mengatakan saat ini Indonesia sedang memasuki downstreaming industry ke industri nikel sampai baterai litium. "Sampai pada 2025, litium baterai kita pertama kali akan diproduksi pada 2025," ujarnya.

"Oleh karena itu Presiden setuju kita buat Global South Corporation, ini adalah pertemuan negara-negara penghasil tropical forestry dan critical mineral. Negara berkembang seperti kita Indonesia, tidak diatur lagi oleh negara-negara maju, mereka bilang bebas mengekspor raw material kita, saya bilang kapan kita mau maju," tegasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Metrotvnews.com

(Ade Hapsari Lestarini)